SEBAGAI salah satu rangkaian kegiatan jelang malam Penganugrahan Lampung Sustainbility Award (LSA) 2018, Forum CSR Lampung bersama Tim Fasilitasi CSR Bappeda Provinsi Lampung dan PT Nestle Indonesia Pabrik Panjang menggelar kegiatan Academician, Business, Goverment (ABG) Meet Up dengan menggelar diskusi yang berlangsung di ruang pertemuan PT Nestle Indonesia Pabrik Panjang sebagai tuan rumah pada Jumat, 7 Desember 2018.
Mewakili Forum CSR Lampung Ekfan Susanto selaku Head Manager PT Nestle Indonesia Pabrik Panjang mengatakan, terima kasih kepada seluruh undangan yang telah hadir baik dari akademisi, pelaku bisnis dan pemerintahan dalam hal ini Pemprov Lampung dan Bappeda yang ikut dalam rangka Sustainbility Practitioner Conference ABG Meet Up dan Company Visit ke PT Nestle.
"Semoga apa yang telah diterapkan PT Nestle dalam komitmen CSR Berkelanjutan dapat menjadi inspirasi para pelaku usaha dalam sinergi melakukan operasional perusahaannya,"ujar Ekfan.
Ekfan juga memaparkan, Forum CSR Lampung merupakan wadah sharing informasi bagi pelaku usaha melakukan usaha yang bersinergi dengan program pembangungan berkelanjutan.
Selain wadah berbagi informasi, dalam Forum CSR Lampung juga komitmen saling memberi spirit, inspirasi dan sharing knowledge satu sama lain. FCL juga bersama Tim Fasilitasi CSR Bappeda Provinsi Lampung juga memfasilitasi sinergitas program-program perusahaan dengan menyelaraskan kepentingan bisnis perusahaan dan penerapan CSR berkelanjutan.
Dalam perkembangannya saat ini banyak perusahaan yang juga mulai melaksanakan CSR yang bersinergi, tidak hanya memikirkan untung (profit), juga perlu diperhatikan aspek sosial (people) dan lingkungan (planet).
Selanjutnya dalam acara diskusi ABG Meet Up menghadirkan narasumber dari perwakilan akademisi Guru Besar Akuntansi Hijau dan CSR Unika Soegijapranata Prof. Andreas Lako, perwakilan dari pemerintah Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Provinsi Lampung Bobby Irawan dan perwakilan dari sektor bisnis Ketua Forum CSR Lampung Dr. Saptarini. Dari masing-masing pemateri secara khusus memaparkan upaya sinergi ABG dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs).
Dari pembicara pertama akademisi Guru Besar Akuntansi Hijau dan CSR Unika Soegijapranata Prof. Andreas Lako, memaparkan terkait Perkuat Kolaborasi Sinergi ABG untuk Wujudkan SDGs Bersama Dengan Konsep Green Economy.
Berawal dari isu krusial bersama yang terjadi hampir diseluruh dunia, krisis ekologi atau krisis sosial dan lingkungan yang kian serius, yang terjadi di Indonesia seperti pembakaran lahan, eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan, sampah hingga berdampak bencana alam.
Melihat kondisi tersebut, tercetuslah aksi global PBB terkait konsep Pembangunan Berkelanjutan dengan mengedepankan pembanguanan yang terpadu berkeadilan dan berkesinambungan. Perlunya mencapai Sustainbility ekonomi, sosial dan lingkungan berkembang dengan corporate governance dan CSR.
Selanjutnya munculnya Green Economy merupakan perubahan dari Capitalis Economy. Dalam Green Ekonomy mengedepankan konsep spirit Pembangunan Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan. Sejalan dengan munculnya konsep SDGs pada 2015 bentuk uapaya sinergikan antara planet, people, patnership, prosperity, peace.
Andreas memaparkan, dalam model Kolaborasi Sinergi ABG dan SDGs ialah dengan perduli dengan memberikan solusi mengatasi krisis ekologi, relaksasi SDGs dalam aksi ABG, penghijauan lingkungan, kolaborasi Sinergi dan pelaporan.
Jika dimasukan dalam konsep Green Economy, perlunya sinergi penghijauan pembangunan dan Ekonomi dari pemerintah, penghijauan bisnis dari perusahaan. Seperti Nestle telah berhasil melakukan green paradigma, green manajemen, green proses bisnis, green proses akuntabilitas hingga transparansi informasi.
Dalam motif, tujuan Green Business, Green Corporation dalam Green Economy tujuan akhirnya memiliki dampak besar untuk perusahaan. Pertama menurunkan biaya dan meningkatkan laba, ekuitas dan aset perusahaan, kedua meningkatkan harga dan nilai saham perusahaan dan ketiga mampu mendorong pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.
Selanjutnya, pemateri kedua perwakilan dari pemerintah Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Provinsi Lampung Bobby Irawan memaparkan terkait Sinergitas CSR Pemprov Dengan Program Pembangunan Daerah.
Bobby memaparkan, pecapaian pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung 3 besar di Indonesia, daya saing 10 besar dengan pertumbuhan investasi cukup baik.
Tetapi kendali yang masih jadi tugas besar
pemerintah tingkat kemiskinan Lampung masih masuk dalam 3 besar di Indonesia. Dengan berbagai kendala yang masih dialami, Pemerintah masih terus mencoba lakukan berbagai sinergi khususnya dengan pelaku usaha dengan berbagai program pembangunan daerah.
Pemerintah Provinsi Lampung saat ini tengah menerapkan 3 prioritas kluster yaitu Wilayah Timur pengembangan Industri dengan fokus pembangunan jalan tol, Wilayah Tengah fokus pengembangan pertanian penyangga ketahanan pangan dan Wilayah Barat akan mengembangkan sektor pariwisata.
Selanjutnya, Pemerintah juga akan menyusun Sustainbility Reporting Goverment, jadi tidak hanya sekedar perusahaan atau pelaku usaha yang melakukan reporting tetapi juga untuk pemerintahan.
Terakhir dari pemateri ketiga perwakilan sektor bisnis Ketua Forum CSR Lampung Dr. Saptarini memaparkan materi terkait ‘Sustainbility Dimata Korporasi’. Potret Pembangunan vs Pengerusakan menjadi hal yang paling disorot dalam operasional bisnis saat ini.
Pengerusakan dalam hal ini merupakan ancaman kerusakan bahan baku, energi, ketersediaan lahan, kemiskinan, sikap kritis, anarkisme yang dapat terjadi jika perusahaan tidak memikirkan Sustainbility atau keberlanjutan.
Rini memaparkan, dalam penerpan Sustaibility langkah awal yang dilakukan adalah pikirkan dan mulai dari diri sendiri. Dalam arti perusahaan mampu memikirkan bahan baku cukup saat ini dan kedepan caranya dengan perhatikan lingkungan, energi yang dipakai, teknologi, limbah, waste culture.
Selanjutnya masuk dalam tahap memikirkan lingkungan masyarakat sekitar, konsumen, supply chain, stakeholder dan penerima dampak lain, isu perubahan iklim hingga peluang bisnis.
Dalam penerapannya, konsep Sustainbility dapat merubah dari perusahaan yang independen yang memikirkan diri sendiri menjadi interdepensi atau saling ketergantungan. Karena pada hakikatnya sebuah perusahaan yang sehat tentu akan saling ketergantungan baik kepada Pemerintah dan Akademisi dalam implementasi program CSR.
“Pada intinya SDGs ialah mampu meluaskan lingkaran Interdepensi, sehingga dari saling ketergantungan ini akan mampu menciptakan sinergi dengan memberikan manfaat pembangunan berkelanjutan lebih luas dan tepat sasaran,”ujarnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar