
SEJAK diresmikan pada Desember 2016 lalu, Kampung Wisata Agro Widya yang berlokasi di Kampung Sinar Harapan Rajabasa Raya masyarakatnya kini sudah mulai beranjak mandiri.
Berbagai ide dan kreatifitas perlahan terus digali dari berbagai
potensi yang ada. Sebelumnya Kampung
Wisata Agro Widya yang berlokasi di Kampung Sinar Harapan Rajabasa Raya mendapatkan
bantuan CSR dari PT PLN (Persero) Distribusi Lampung melalui program PLN
Perduli dan Universitas Bandar Lampung (UBL) sebagai contoh
Perkampungan yang berhasil menjadi desa agro.
Desa agro ialah desa berbasis pertanian yang dapat menggerakan
kemandirian ekonomi masyarakat, kesadaran sosial dan pentingnya menjaga
lingkungan. Jika dihubungkan, tentu masih berkaitan dengan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Di Kampung Wisata Agro
Widya, saat ini sudah memiliki rumah belajar budi daya pertanian
dan perikananan. Selain itu, pengelola kampung tersebut juga memfasilitasi
masyarakat yang ingin belajar pertanian dan perikanan, misal cara membuat
biogas.
Bagi masyarakat yang tertarik dan ingin mengetahui cara membudidayakan
ikan maupun membuat biogas bisa langsung datang
ke rumah-rumah pembelajaran yang telah disediakan di Kampung Wisata Agro
Widya.
Selain rumah biogas, ada rumah hidroponik, rumah padi, rumah
cacing, rumah baung, rumah patin, dan rumah lele. Kampung Wisata Agro Widya
harapannya dapat memberi dampak yang baik untuk masyarakatnya, khususnya bagi
kemajuan Lampung.
Khusus untuk rumah biogas, masyarakatnya saat ini sudah berhasil
menekan konsumsi elpiji perbulannya. Biogas merupakan
gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan
organik termasuk di antaranya kotoran manusia dan hewan, limbah domestik rumah
tangga, sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable
dalam kondisi anaerobik.
Salah satunya bapak Suyut, warga Kampung Wisata Agro Widya yang
memanfaatkan kotoran sapi menjadi gas rumah tangga. Mulai dari segi ekonomi,
konsumsi elpiji yang perbulan bisa mencapai 3 tabung, jadi hanya 1 tabung
konsumsi perbulannya.
Selanjutnya dari segi lingkungan, bapak Suyut berhasil menjaga
kelestarian lingkungan dengan memanfaatkan kotoran sapi menjadi gas, sehingga
tidak mengotori keberlangsungan lingkungan sekitar.
Biogas juga bermanfaat untuk mengurangi asap dan
kadar karbon dioksida di udara, sehingga kualitas udara untuk generasi
selanjutnya bisa tetap terjaga. Dan, terakhir dari segi sosial ia
bisa membantu sesama menyebarkan manfaat pengelolaan biogas.
Awalnya ia memang mandiri melakukan pemanfaatan biogas dengan
alat seadanya, tetapi dari PLN Distribusi Lampung memberikan bantuan beberapa
alat yang digunakan dalam memaksimalkan proses gas bisa aman mengalir hingga ke
kompor rumah tangga.
Selain rumah biogas, pak Suyut juga memanfaatkan peluang sektor
pertanian dengan pemanfaatan berbagai tanaman baik tanaman hias ataupun tanaman
sayur. Masih memanfaatkan biogas, hasil akhirnya menghasilkan pupuk yang bisa
di manfaatkan untuk tanaman. Selain metode tanam dengan tanah dan pupuk hasil
biogas, metode penanaman hidroponik juga dilakukan untuk menanam berbagai
sayuran fresh yang bisa menjadi sumber tambahan pendapatan pak Suluk dan
keluarga.
Dari harga tanaman yang dijual juga sangat terjangkau, hanya
mulai dari Rp 5.000- Rp 15.000/tanaman. Ada tanaman hias yang bisa digunakan
untuk percantik hunian atau dekorasi pesta hingga tanaman sayur fresh yang bisa
dikonsumsi.
Bagi Pak Suyut, inilah feed back yang
dapat ia rasakan dari belajar menerapkan Sustainable
Development Goals (SDGs). ‘Saat kita menjaga alam, maka alam akan
memberkahi dengan diberikan banyaknya kesempatan dan manfaat saat menjaga
keberlangsungannya.’ (tim)
0 komentar:
Posting Komentar